Wednesday, March 13, 2013

8 Kebohongan Ibu


Cinta kasih seorang Ibu dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar"

KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan"

KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek."

KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!"

KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta."

KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit"

KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa"

KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan"

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! "
Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Wednesday, March 6, 2013

Tangan Ibu


Ketika ibu saya berkunjung, Ia mengajak saya untuk berbelanja bersamanya karena dia membutuhkan sebuah gaun yang baru.

Saya sebenarnya tidak suka pergi berbelanja bersama dengan orang lain, dan saya bukanlah orang yang sabar, tetapi walaupun demikian kami berangkat juga ke pusat perbelanjaan tersebut. Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan gaun Wanita, dan ibu saya mencoba gaun demi gaun dan mengembalikan semuanya.

Seiring Hari yang berlalu, Saya mulai lelah Dan ibu saya mulai frustasi. Akhirnya pada toko terakhir yang kami kunjungi, Ibu saya mencoba satu stel gaun biru yang cantik terdiri dari tiga helai. Pada blusnya terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya, dan karena ketidaksabaran saya, maka untuk kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam ruang ganti pakaian, saya Melihat bagaimana ia mencoba pakaian tersebut, dan dengan susah mencoba untuk mengikat talinya.

Ternyata tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi dan sebab itu dia tidak dapat melakukannya, seketika ketidaksabaran saya digantikan oleh suatu rasa kasihan yang dalam kepadanya.

Saya Berbalik pergi dan mencoba menyembunyikan air mata yang keluar tanpa saya sadari. setelah saya mendapatkan ketenangan lagi, saya kembali masuk ke kamar ganti untuk mengikatkan tali gaun tersebut. Pakaian ini begitu indah, dan dia membelinya.

Perjalanan belanja kami telah berakhir, tetapi Kejadian tersebut terukir dan tidak dapat terlupakan dari ingatan saya. Sepanjang sisa hari itu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam ruang ganti pakaian tersebut dan terbayang tangan ibu saya yang sedang berusaha mengikat tali blusnya.

Kedua Tangan yang penuh dengan kasih, yang pernah menyuapi saya, memandikan saya, memakaikan baju, membelai dan memeluk saya, dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk saya, sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya dengan cara yang paling membekas dalam hati saya.

Kemudian pada sore harinya, saya pergi ke kamar ibu saya, mengambil tangannya, menciumnya ... dan yang membuatnya terkejut, memberitahukannya bahwa bagi saya kedua tangan tersebut adalah tangan yang paling indah di dunia ini.

Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya dapat melihat dengan mata baru, betapa bernilai dan berharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu.

Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak tangan saya dan hati saya akan memiliki keindahannya tersendiri.

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu Agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ibu...

Saturday, March 2, 2013

Arti Sebuah Kehidupan


Jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI, darimana kita belajar IKHLAS
Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR
Jika setiap doa kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR.

Seorang yang dekat dengan Tuhan, bukan berarti tidak ada air mata
Seorang yang taat pada Tuhan, bukan berarti tidak ada kekurangan
Seorang yang tekun berdoa, bukan berarti tidak ada masa sulit
Biarlah Tuhan yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena Dia tahu yang tepat untuk memberikan yang terbaik.

Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETULUSAN
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN
Ketika hatimu terluka sangat dalam.., maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN.

Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN
Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETANGGUHAN
Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAHAN HATI.

Tetap semangat….
Tetap sabar….
Tetap tersenyum…..
Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN

TUHAN menaruhmu di “tempatmu” yang sekarang, bukan karena “KEBETULAN”
Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan
MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA.

Pemuda


Seorang pemuda lulusan akademis terbaik melamar pekerjaan sebagai seorang manager di sebuah perusahaan besar.Dia telah melewati interview awal, Direktur yang akan melakukan
interview akhir dan menentukan putusannya. Sang Direktur melihat dari CV dan menemukan prestasi akademis yang luar biasa, sejak dari sekolah dasar hingga tingkat sarjana, tak pernah sekalipun si Pemuda mendapatnilai buruk.

Sang Direktur bertanya, "Apakah engkau memperoleh bea siswa dari sekolah?", dan si Pemuda menjawab "belum pernah". Sang Direktur bertanya, "Ayahmu yang membiayai sekolahmu?", si Pemuda menjawab, "Ayahku meninggal saat aku masih bayi, Ibuku yang membayarkan uang sekolahnya". Sang Direktur bertanya, "Dimana ibumu bekerja?", si Pemuda menjawab, "Ibuku bekerja sebagai tukang cuci pakaian". Kemudian, sang Direktur meminta si Pemuda memperlihatkan tangannya, yang kemudian menunjukkan sepasang tangannya yang halus dan lembut.

Sang Direktur bertanya, "Apakah selama ini engkau membantu ibumu mencucikan pakaian?". Si Pemuda berkata, "Tidak pernah. Ibuku selalu memintaku untuk belajar dan rajin membaca buku, lagipula ibuku dapat mencuci pakaian lebih cepat dari yang dapat kulakukan".

Sang Direktur berkata, "Aku punya satu permintaan, jika kau pulang nanti, coba bersihkan tangan ibumu, dan temui aku lagi besok pagi".

Si Pemuda merasa bahwa kesempatannya mendapat pekerjaan tsb sangat berpeluang, jadi dia segera pulang, dan dengan penuh senang ingin membersihkan tangan ibunya. Ibunya merasa heran dan senang bercampur-baur, tapi ia tetap julurkan tangannya kepada sang anak.

Si Pemuda membersihkan tangan ibunya dengan pelan, sambil berlinang air mata. Ini pertama kalinya ia mengetahui betapa tangan ibunya begitu keriput, dan penuh goresan luka. Beberapa luka masih begitu pedih, sehingga membuat tubuh ibunya menggigil saat dibersihkan dengan air.

Baru pertama kali ini si Pemuda menyadari bahwa inilah sepasang tangan yang tiap hari mencuci pakaian demi uang sekolahnya, luka-luka goresan itu adalah harga yang dibayar oleh sang ibu untuk pendidikan dan masa depannya.Setelah selesai membersihkan tangan ibunya, si Pemuda diam-diam mencucikan semua sisa pakaian tsb.Malam itu, keduanya bercakap-cakap lama sekali.

Esok paginya, si Pemuda datang kembali ke kantor sang Direktur.Sang Direktur melihat linangan air mata si Pemuda, dan bertanya: "Bisa kamu ceritakan apa yang telah kau lakukan dan pelajari di rumahmu kemarin.?" Si Pemuda menjawab, "Aku membersihkan tangan ibuku, dan juga menyelesaikan sisa cucian pakaian".

Sang Direktur berkata, "coba ceritakan apa perasaanmu." Si Pemuda berkata, "Pertama, aku sekarang mengerti arti penghargaan, tanpa ibuku, tiada keberhasilan bagiku hari ini. Kedua,aku telah bekerja bersama ibuku, dan sekarang mengerti sulitnya untuk menyelesaikan sesuatu dengan sempurna. Ketiga, aku menyadari pentingnya nilai kekeluargaan."

Sang Direktur berkata, "Itulah yang kuminta, aku ingin mempekerjakan orang yang bisa menghargai bantuan orang lain, seseorang yang bisa memahami sulitnya menyelesaikan suatu tugas, dan seseorang yang tidak melulu mengukur uang sebagai patokan karirnya. Engkau diterimabekerja."
Di kemudian hari, si anak muda ini bekerja dengan tekun dan giat,
serta mendapat rasa hormat dari bawahannya, semua rekannya juga
demikian, dan perusahaan maju dengan pesat.
Seorang anak yang selalu dibantu mengerjakan dan dimanja permintaannya, akan membentuk mental 'terima jadi' dan selalu menuntut diutamakan. Ia takkan menghargai upaya orang-tuanya. Ketika bekerja, ia beranggapan orang lain harus menurut padanya, dan jika menjadi seorang atasan, ia takkan mau memahami kesulitan anak-buahnya dan selalu menyalahkan. Orang macam ini bisa berhasil, tetapi hanya sekejap, karena tidak akan merasakan suatu kepuasan, ia akan selalu mengeluh dan penuh rasa benci dan permusuhan. Jika kita menjadi orang-tua yang protektif seperti itu, kita mencintai sang anak atau justru menjerumuskannya..?

Anda bisa memberikan anak anda sebuah rumah tinggal yang besar, makanan yang enak dan sehat, menonton tv layar lebar. Tetapi saat anda memotong rumput halaman, biarkan mereka juga mengalaminya. Setelah makan, minta mereka mencuci piring dan mangkok bersama-sama. Bukansekadar masalah uang untuk menggaji pembantu, tetapi karena anda mencintai mereka dengan cara yang benar. Anda ingin mereka mengerti,bahwa meskipun kaya, akan tiba suatu waktu rambut mereka juga beruban. Hal yang terpenting adalah bahwa anak anda belajar bagaimana cara menghargai usaha yang dilakukan, mengalami kesulitan dan tantangan, serta belajar bekerja-sama dengan orang lain untuk menyelesaikan sesuatu.